Perceraian tak jarang dianggap sebagai jalan keluar dari beragam permasalahan rumah tangga. Sebagian orang memilih perceraian untuk menyelesaikan konflik dalam rumah tangga, namun lupa bahwa perceraian juga dapat memberikan dampak negatif kepada anak.

Perceraian orang tua dapat menyisakan luka dalam benak anak. Bahkan, luka yang dialami anak mungkin saja akan terus dibawanya hingga dewasa. Dampak yang mungkin terjadi pada setiap anak bisa berbeda-beda, tergantung dari usia anak pada saat orang tua bercerai, kondisi perceraian, serta kepribadian anak tersebut.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Bercerai

Perceraian bisa menyebabkan anak-anak mengalami kemunduran dalam kemampuan belajar dan merasa tidak akrab dengan orang tua ketika sudah dewasa. Sebagian anak yang orang tuanya bercerai saat mereka berusia 5 tahun atau lebih kecil, tidak merasa memiliki ikatan khusus dengan orang tuanya, atau memiliki perasaan tidak nyaman saat bersama mereka.

Bukan hanya itu, anak-anak yang orang tuanya bercerai umumnya akan merasakan emosi yang campur aduk, antara kaget, sedih, cemas, marah atau bingung. Sebagian anak juga lebih berisiko mengalami masalah dalam bersosialisasi. Tak jarang anak akan merasa rendah diri dan iri pada anak lain yang memiliki keluarga yang utuh.
Bantu Anak Melalui Masa Sulit Perceraian Orang Tua

Tentu tidak ada pasangan yang mengharapkan perceraian. Namun, keadaan bisa saja memaksa pasangan suami istri untuk menempuh jalur perceraian. Dalam kondisi seperti ini, bukan hanya suami dan istri yang membutuhkan pertolongan, tapi juga anak-anak mereka.

Jika Bunda dan Ayah menghadapi situasi sulit seperti ini, lakukan cara-cara berikut untuk menjaga perasaan Si Kecil:

Bicarakan pada anak dengan tepat
Sampaikan alasan untuk perceraian dengan tenang, meski tidak semua alasan perlu diberitahukan kepada anak. Berilah pemahaman pada anak bahwa ia akan tetap mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Jika anak masih terlalu kecil untuk memahami ini, berilah pemahaman yang sederhana, misalnya Bunda dan Ayah harus tinggal di rumah yang berbeda agar tidak bertengkar terus menerus.
Pahami dan dengarkan perasaan anak
Ketika orang tua memutuskan untuk bercerai, anak dapat merasa bingung, sebagian bahkan merasa bersalah, atau merasa orang tua seharusnya lebih memahami dirinya. Bunda dan Ayah harus mencoba untuk mengesampingkan dulu masalah yang dihadapi, dan mulai dengarkan Si Kecil secara seksama, lalu berikan respon spesifik terhadap apa yang ia rasakan.
Hindari konflik dengan pasangan di depan anak
Peceraian sudah menyisakan luka di hati anak. Maka, jangan sampai tekanan yang ia alami semakin berat dengan berdebat atau bertengkar di depannya. Hindari hal ini sebisa mungkin karena dapat meningkatkan stres pada anak.
Jangan ganggu rutinitas anak
Perceraian umumnya berarti tinggal terpisah. Disarankan untuk meminimalkan hal-hal yang bisa mengganggu rutinitas anak. Contohnya, sering berpindah tempat sehingga anak perlu berpindah-pindah sekolah.
Perbaiki hubungan dengan anak
Rasa sakit akan sembuh melalui perasaan dipahami dan disayangi. Ungkapkan permohonan maaf kepada anak atas apa yang terjadi. Selain itu, sebisa mungkin Bunda dan Ayah tetap terlibat dalam kehidupan Si Kecil, sehingga ia tidak merasa kehilangan perhatian dari kedua orang tuanya.

Hindari melakukan kesalahan yang dapat memperburuk kondisi anak, seperti berkeluh kesah pada anak. Jangan jadikan anak sebagai perantara atau pengantar pesan, apalagi sebagai pelampiasan. Hal ini dapat membuat anak membenci salah satu pihak.

Bagaimanapun, perceraian tetap akan menyisakan luka, baik bagi anak maupun orang tua. Jangan biarkan anak merasakan dampak yang lebih buruk lagi dari kondisi tersebut. Bunda dan Ayah dapat melakukan cara-cara di atas untuk membantu Si Kecil melalui masa-masa yang sulit akibat perceraian. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog jika Bunda, Ayah, atau anak memerlukan bantuan secara profesional