Jakarta – Belakangan viral di Facebook sebuah video yang menunjukkan seorang siswa di SMKN 3 Yogyakarta mengamuk di dalam kelas menantang dan mendorong-dorong gurunya. Video direkam dari arah kursi siswa dan terdengar siswa lainnya menyoraki tertawa.

Kasus ini semakin menambah kasus-kasus tentang kekerasan di sekolah yang serupa. Pada awal Februari contohnya viral video siswa SMP Gresik mengamuk karena dilarang oleh guru merokok di kelas, disusul hampir bersamaan kabar siswa SMPN 2 Galesong Selatan menganiaya petugas kebersihan sekolah.

Apa yang memicu berbagai peristiwa tersebut? Berikut komentar dari para ahli seperti dirangkum detikHealth:

1. Salah pola asuh

Psikolog Diana Mutiah dari Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) berkomentar kemungkinan ada kesalahan pola asuh orang tua. Ketika anak mengadu mendapat kesulitan di sekolah dan orang tua bersikap 100 persen membelanya tanpa jeli melihat masalah maka anak bisa merasa bebas melakukan apapun tanpa menaati aturan.

Padahal pada kenyataannya, tiap aspek dalam kehidupan ada aturannya masing-masing. Setiap perbuatan pasti diiringi tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

“Di sini mungkin ada kesalahan pola asuh. Saat anak mengadu pada orang tua pertimbangkan dulu masalahnya dengan baik. Jika anak yang melakukan kesalahan maka orangtua harus membantu anak untuk bertanggung jawab dan minta maaf,” kata Diana kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

2. Kewibawaan guru

Pengamat pendidikan alumni Fakultas Filsafat UGM, Darmaningtyas, mengatakan saat ini siswa bisa memperoleh informasi dari banyak sumber. Oleh sebab itu mungkin muncul pikiran-pikiran pada siswa kalau mereka sekolah hanya formalitas saja.

“Zaman itu guru berwibawa karena menjadi satu-satunya panutan, sumber informasi, dan pengetahuan. Kalau sekarang kondisinya berubah. Anak bisa memperoleh informasi dari banyak sumber. Bahwa mereka sekolah, itu karena tuntutan formalitas saja. Sebetulnya banyak yang malas sekolah karena guru membosankan, tapi kalau tidak bersekolah kan tidak dapat ijazah, dan hingga saat ini ijazah masih dianggap sangat penting,” tutur Darmaningtyas seperti dikutip detiknews.

3. Suasana sekolah

Master sosiologi pendidikan Jimmy Philip mengatakan kalau suasana sekolah juga bisa bertanggung jawab terhadap sikap murid ke guru. Menurutnya guru tak perlu keras agar siswa menjadi sopan tetapi lebih memotivasi bagaimana anak untuk berkembang.

Jimmy melihat model sekolah alam sebagai contoh bagaimana pendidikan mampu membangkitkan potensi anak.

“Unsur yang menarik di sekolah-sekolah alam, guru begitu percaya kepada murid, dan murid percaya kepada guru. Rasa saling percaya muncul. Anak-anak itu, kalau diberi kepercayaan, kecil kemungkinan untuk berbuat jahat. Anak jadi merasa memiliki tanggung jawab,” tutur pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.

4. Masalah perilaku

Psikolog Mira Amir menilai kejadian siswa yang berani menganiaya guru tidak terjadi begitu saja. Mengomentari kasus di mana seorang siswa SMA Jawa Timur menganiaya gurunya hingga tewas, Mira menduga siswa seperti itu memiliki masalah perilaku dan pengendalian diri.

Menurut Mira, penganiayaan terjadi lantaran sang anak sudah tak bisa menahan dan melampiaskan emosinya dengan marah yang bertubi-tubi. Kondisi ini biasanya terbentuk di lingkungan keluarga dan sudah terjadi sejak kecil.

“Ada kemungkinan kondisi anak ini tidak sama dengan siswa lain, cuma tidak terdiagnosis dan lingkungannya kurang paham,” ujar Mira seperti dikutip dari CNN Indonesia